MALYDA


Malyda (memiliki nama asli: Rosmalida Soedrajat; lahir 9 Juli 1963; umur 45 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia yang populer di era 80an lewat lagu-lagunya seperti Semua Jadi Satu, Aku Jadi Bingung dan Nurlela. Salah satu penyanyi wanita Indonesia papan atas di akhir tahun 80an sampai awal tahun 90an ini mempunyai warna suara yang tipis namun ekspresif, dengan gaya menyanyi yang genit dan manja, menjadikan trade mark yang membedakannya dengan penyanyi-penyanyi wanita lain. Dengan penampilan yang kerap terlihat sexy, baik dari segi pakaian maupun dandanan, saat muncul kembali dengan hits "Semua Jadi Satu" Malyda tampil mirip penyanyi Jody Watley dengan rambut keriting panjang gaya wet look dan anting-anting besar model cincin, begitupun dari segi musiknya, yang sama-sama membawakan jenis dance-pop berirama up-beat.


Puncak karir
Kebesaran Malyda tak lepas dari nama beken di sekitarnya. Sederetan nama besar macam Deddy Dhukun, Dodo Zakaria, Billy J Budiardjo, Dian Pramana Poetra atau Fariz RM pernah menjadi pembimbingnya. Tak heran, cukup banyak hits yang telah dihasilkannya. Salah satunya adalah "Semua Jadi Satu" (dari album 12 Bintang Idola) yang penjualan albumnya mencapai angka 400.000 kopi. Tembang ini bahkan sudah pernah direkam ulang oleh 3 Diva, Helmy Yahya, dan Ruth Sahanaya untuk dipakai dalam album mereka. Kemudian ia sempat berkolaborasi dengan banyak penyanyi lewat singel Nurleila (1989) atau Tak Pernah Berubah (1991). Sempat pula tergabung dalam kelompok 7 Bintang bersama Dian Pramana Poetra, Deddy Dhukun, Fariz RM (menggantikan Dian Pramana Poetra di album kedua ), Mus Mujiono, Yopie Latul, Trie Utami, dan Atiek CB serta grup Rumpies bersama Vina Panduwinata, Atiek CB, dan Trie Utami. Sejak merilis album "Menunda Fajar" tahun 1992, ia praktis absen.


Menulis lagu
Malyda sempat menulis lagu untuk penyanyi-penyanyi lain sebelum merilis single "Semua Jadi Satu", tapi setelah itu, dia tidak pernah lagi menulis lagu, bahkan untuk album-albumnya sendiri. Karya-karya Malyda itu antara lain:
"Oh Mengapa" dari album "Keraguan" / 2D (1987)
"Apa Lagi" dari album "Keraguan" / 2D (1987)
"Dalam Hati Kita" dari album "Karma" / Kiki Maria (1988)


Mengundurkan diri
Mengurus keluarga menjadi salah satu alasan mengapa Malyda meninggalkan dunia tarik suara. Ia juga sempat mengurusi bisnis pribadinya yaitu butik busana impor. Kemudian ia beralih usaha dengan membuka butik pakaian dalam (lingerie) hingga kini. Namanya sendiri dipakai sebagai nama butik yang dibukanya di Pasaraya Blok M. Malyda setelah menikah selama sebelas tahun kemudian bercerai dan menikah lagi pada tahun 2006.


Muncul kembali
Akhir 2003, Malyda mencoba muncul. Pertemuannya dengan Seno M Hardjo pemilik Target Pop membuatnya menapak untuk meluncurkan album The Best of Malyda. Album ini memuat banyak hits yang pernah beken. Selain itu ada dua tembang baru, "Datang Kasih Datang Sayang" ciptaan kolaborator lamanya, Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun serta "Andaiku Sanggup" ciptaan Yudis Dwikorana/Malyda dan Ipey. Tembang Andaiku Sanggup merupakan OST dari film Rumah Hantu.
7 Juni 2008, Malyda muncul kembali dalam Konser Reuni Rumpies 2008 bersama Vina Panduwinata, Atiek CB, dan Trie Utami di Kamasutra Cafe Hotel Crown Plaza Jakarta. Malyda membawakan secara solo lagu "Semua Jadi Satu", "Tak Pernah Berubah", dan "Aku Jadi Bingung", dan juga lagu "Nurlela", "Kalau Kau", "Ironi", dan "Nggak Jelas" bersama Rumpies. Masing-masing personil Rumpies lainnya juga mambawakan secara solo sebanyak 3 - 6 lagu. Satu bulan sebelumnya, Rumpies juga muncul sebagai bintang tamu di konser tunggal Vina Panduwinata. Meski sekarang mengenakan jilbab, Malyda masih tampir atraktif di atas panggung dan vokal-nya masih seperti dulu, walau tanpa dandanan sexy lagi.

TRIE UTAMI


Trie Utami Sari, biasa dipanggil Iie, (lahir di Bandung, Jawa Barat, 8 Januari 1968; umur 41 tahun) adalah penyanyi dan pencipta lagu Indonesia. Trie adalah anak dari pasangan Kolonel (Purn.) H. Soedjono Atmotenojo dan Hj. Soejarni Oesoep. Trie merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara.


Masa Kecil
Iie mengenal musik sejak kecil. Rumah mereka selalu dipenuhi suara Pat Boone, Glen Muller, Perry Como, serta berbagai lagu klasik yang diputar lewat piringan hitam. Sejak tahun 1972-1986, bersama kedua kakanya, Purwa Tjaraka dan Thea Ika Ratna, Iie berlatih piano. Pengajar pianonya adalah Alfons Becalel (orang Hongaria) dan Rhinno serta Linda dari YPPM (Yayasan Pusat Pendidikan Musik) Bandung. Iie juga mengukuti pendidikan musik di Bina Mustika Bandung tahun 1978.
Sejak TK, Iie sangat suka menyanyi. Iie pun jadi rajin menonton acara Bintang Kecil di TVRI yang diasuh oleh Bu Kasur, Ibu Sud, dan A.T. Mahmud. Iie juga sering mengikuti lomba menyanyi. Pertama kali Iie muncul di televisi adalah saat mengikuti kompetisi menyanyi untuk anak SD dalam acara Ayo Menyanyi di TVRI tahun 1977. Beberapa tahun kemudian, Iie menjadi juara kedua saat mengikuti lomba menyanyi lagu-lagu perjuangan di Bandung. Sejak itu, Iie jadi sering menjadi bintang tamu untuk menyanyi di TVRI Jakarta.
Saat SMA, Iie mulai mendampingi kakaknya Purwa Tjaraka menyanyi secara rutin, bergantian dengan Thea, di sebuah restoran di Bandung. Selain itu, Iie juga menjadi penyiar di Radio Dee-Day kemudian di Radio OZ 103 FM di Bandung dan lead vocalist band Kahitna.
Lulus SMA Iie ingin melanjutkan sekolah musik di Amerika. Sayang keluarganya tidak mampu membiayai. Berbeda dengan kedua kakaknya yang berhasil meraih gelar kesarjanaan, Iie memilih tidak melanjutkan sekolah. Iie kemudian semakin memperdalam kemampuan bermusiknya dengan mempelajari keyboard,saksofon, dan berlatih membuat aransemen lagu di kelompok drum band GWDC (Genta Winaya Drum Corps)Bandung.


Karir
Awal karir profesional Iie adalah saat dia 'dilamar' oleh Krakatau, grup band beraliran jazz yang sangat masyhur saat itu.Bersama Krakatau, Iie membuat album pertamanya tahun 1986 bertajuk First Album. Meskipun demikian, nama Iie mulai dikenal saat menjadi pemenang Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors (1987) membawakan lagu "Keraguan", karya Edwin Saladin dan Adelansyah. Iie juga berhasil menjuarai Festival Penyanyi Lagu Populer Indonesia, tahun 1989.
Selain mengikuti lomba di dalam negeri, Iie pun menjajal ajang lomba di luar negeri. Diantaranya, runner up dalam ABU (Asia Pasific Broadcasting Union) Golden Kite World Song Festival di Kuala Lumpur tahun 1990 dan Grand Prix Winner di ajang The Golden Stag International Singing Contest di Brasov, Rumania (1992). Ia juga dinobatkan sebagai pemenang dalam ABU International Anthem di Bangkok (2000), serta terpilih sebagai Penyanyi Jazz Wanita Terbaik versi News Music pada tahun yang sama.
Sejumlah Iie yang sempat menjadi hit, antara lain "Kau Datang", "Untuk Ayah dan Ibu" (ciptaannya sendiri), serta "Nurlela 1" dan "Nurlela 2". Yang terakhir ini dinyanyikannya berempat bareng Vina Panduwinata, Atiek CB, dan Malyda, yang tergabung dalam kelompok Rumpies.
Iie juga menyanyi untuk soundtrack sejumlah film dan sinetron, antara lain "Elegi Buat Nana" (1988), "Perisai Kasih yang Terkoyak" dan "Kembang Ilalang" pada tahun 2003. Selain menyanyi, Iie pun menciptakan lagu. Telah puluhan lagu diciptakannya, baik untuk dinyanyikan dirinya sendiri, maupun di nyanyikan oleh orang lain. Salah satu lagu ciptaannya yang terkenal adalah Jadilah Bintang (bersama Purwa Tjaraka) yang menjadi theme song Kontes Dangdut Indonesia (KDI).


Kehidupan Pribadi
Iie pernah menikah tahun 1991 dengan Viva Permadi, atau akrab dipanggil Wiwie GV, seorang musisi. Keduanya menikah di hadapan jenazah ayah Wiwie, sesuai wasiat almarhum. Pernikahan tersebut berujung perceraian setelah hampir 2 tahun.
Iie pun menikah lagi pada tanggal 23 November 1995 dengan Andi Analta Baso Amir, putra dari Andi Baso Amir, seorang tokoh masyarakat Sulawesi Selatan. Sama seperti pernikahan sebelumnya, pernikahan inipun berujung perceraian setelah bertahan selama 10 tahun. Alasan perceraian ini adalah ketidakrelaan Iie untuk diduakan oleh suaminya
Sumber : Wikipedia Indonesia


VINA PANDUWINATA


Vina Dewi Sastaviyana Panduwinata (lahir di Bogor, Jawa Barat, 6 Agustus 1959; umur 49 tahun; lebih dikenal dengan nama Vina Panduwinata) adalah salah satu diva musik pop Indonesia. Lagunya yang terkenal adalah Burung Camar.


Vina dibesarkan dalam keluarga pecinta musik. Bakat menyanyi Vina menurun dari sang ibu yang berdarah Ambon - Manado, Albertine Supit. Sejak kecil Vina seringkali berpindah-pindah negara mengikuti tugas ayahnya, R Panduwinata, sebagai diplomat. Masa sekolah dasar Vina habiskan di Bogor dan New Delhi, India. SMP dia habiskan di Bogor dan Wassenaar, Belanda. Saat memasuki sekolah menengah atas, Vina pindah ke Jerman Barat. Di sana, anak kedelapan dari 10 bersaudara ini sempat belajar selama empat tahun di Sekolah Musik Yamaha. Vina pun pernah membuat rekaman single di perusahaan rekaman RCA Hamburg, Jerman, yaitu Java dan Single Bar (1978) dan Sorry Sorry dan Touch Me (1979).
Pada tahun 1981, wanita berdarah Sunda-Manado-Ambon ini kembali ke Indonesia dan bertemu dengan musisi Mogi Darusman yang tertarik dengan karakter vokal Vina dan mengenalkannya pada berbagai perusahaan rekaman. Akhirnya Jackson Records yang tertarik membuatkan album untuk Vina. Album perdananya di bawah Jackson Records bertajuk Citra Biru (1981). Album yang memuat lagu "Citra Biru" itu memperkenalkan nama Vina di belantika musik Tanah Air.
Album kedua dirilis setahun kemudian bertajuk Citra Pesona (1982) melibatkan pencipta lagu seperti Dodo Zakaria, James F Sundah, plus penata musik Addie M.S. Album yang mulai melambungkan nama Vina itu berisi lagu antara lain "September Ceria", "Dunia yang Kudamba", "Resah", dan "Kasmaran". Album ketiga Citra Ceria (1984) pun berhasil merengkuh simpati dengan lagu "Di Dadaku Ada Kamu", "Duniaku Tersenyum", dan "Di antara Kita". Lewat albumnya Burung Camar (1985), namanya semakin mencuat. Lagunya dengan judul yang sama dalam album tersebut menjadi icon dirinya, dengan sebutan 'Vina si Burung Camar'.
Di luar album, Vina berjaya di ajang festival. Tiga kali berturutan ia mendapat gelar penyanyi berpenampilan terbaik pada Festival Lagu Populer Nasional. Tahun 1983 ia menang lewat lagu "Salamku Untuknya" ciptaan Adji Soetama dan Irianti Erningpradja. Kemudian "Aku Melangkah Lagi" (Santoso Gondowidjojo, 1984), serta "Burung Camar" (Aryono Huboyo Djati dan Iwan Abdulrachman, 1985).
Tahun 1987 Vina tetap prima lewat album Cium Pipiku yang memuat lagu populer seperti "Cium Pipiku", "Surat Cinta", "Biru", dan "Logika". Era 1990-an, Vina tetap populer lewat lagu seperti "Rasa Sayang Itu Ada" pada 1991. Tahun 1992 keluar single "Mutiara yang Hilang" yang pernah dipopulerkan Ernie Djohan pada akhir 1960-an. Vina juga berduet dengan Broery Pesulima lewat lagu "Bahasa Cinta". Vina juga mempopulerkan lagu ciptaan Loka M Prawiro, "Aku Makin Cinta". Bahkan lagu tersebut menjadi jingle iklan sebuah merek sabun colek.
Setelah malang melintang di dunia musik tanah air selama 25 tahun dan menelurkan belasan album, Vina menggelar Konser Tunggal bertajuk Viva Vina pada 18 Februari 2006. Dalam konser yang juga dihadiri pesohor seperti Guruh Soekarnoputra, maestro Idris Sardi, Titiek Puspa dan diva Malaysia, Sheila Majid, Vina membawakan 23 lagu selama 3 jam pergelaran. Dalam konser yang didukung oleh konduktor piawai, Addie M.S., hampir semua pencipta lagu-lagu Vina berkumpul. Di antaranya Oddie Agam, Randy Anwar, Aminoto Kosim, James F Sundah, Deddy Dhukun, Adjie Soetama, dan Fariz RM. Setelah sukses menggelar konser tunggal, Vina kembali mengeluarkan album The Best berisi lagu-lagu hit dari 1981-2006. Dalam album ini, Vina memilih lagu berjudul "Sejujurnya", sebagai single albumnya. Perjalanan panjang bermusik Vina menjadi lengkap saat Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberi penghargaan Lifetime Achievement 2006. Vina mendapatkan penghargaan tersebut atas dedikasi dan prestasinya sepanjang hidupnya yang diperuntukan bagi musik. Vina menikah dengan Boy Haryanto Joedo Soembono pada tanggal 26 November 1989. Pernikahan ini dikaruniai seorang anak, Joedo Harvianto Kartiko (Vito).


sumber : Wikipedia Indonesia

DEDDY DHUKUN dan DIAN PRAMANA POETRA


Deddy Dhukun (lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 20 Juni 1969; umur 39 tahun) adalah penyanyi dan pencipta lagu Indonesia. Ia tamatan dari SMA Negeri 3 Jakarta, seangkatan dengan Fariz RM, Ikang Fawzi. dan Addie MS. Ia telah menikah dan mempunyai tiga orang anak.
Awal karirnya ia di ajak sahabatnya dari SMA Fariz RM untuk bergabung dengannya, dan kemudian menjadi vokalis dengan lagu ciptaanya berjudul "Manusia dan Tuhannya". Kemudian mereka membentuk suatu grup Kelompok Tiga Suara (K3S) terdiri dari Bagoes AA, Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun, dan juga mendirikan grup 2D terdiri dari Dian dan Deddy , dengan lagu "Masih Ada" dan "Keraguan" yang sangat populer hingga sekarang. Penyanyi ini mempunyai jiwa yang mulia, dengan hasil jerih payahnya ia selalu menyisikan uangnya untuk Ibunya dan kebaktian sosial Yatim piatu.


Dian Permana Poetra (lahir di Medan, Sumatera Utara, 2 April 1961; umur 47 tahun) adalah musikus Indonesia. Pada tahun 1980an ia dikenal dengan nama Dian Pramana Putra setelah muncul kembali (pada album The Best of Dian Pramana Poetra tahun 1999) ia menggunakan ejaan lama oe untuk menggantikan huruf u pada Putra sebagai labelnya.

Bakat musiknya mengalir dari ayahnya yang juga seorang pemusik jazz. Di ajang festival Lomba Cipta Lagu Remaja 1980, Dian sempat meraih juara tiga lewat lagu "Pengabdian". Selain sebagai seorang penyanyi dan pencipta lagu, ia juga pernah berduet dengan Deddy Dhukun yang terkenal dengan panggilan grup itu yaitu 2D. Diantara lagunya yang populer dan meledak di pasaran yaitu Keraguan yang diciptakan oleh 2D sendiri.

KEENAN NASUTION







Keenan Nasution (lahir 5 Juni 1952; umur 56 tahun) adalah seorang musisi dan penyanyi Indonesia juga merupakan anggota kelompok musik Guruh Gypsy, Sabda Nada, Badai Band.


Awal Karir

Nama Keenan Nasution mulai dikenal dalam kancah yang lebih luas ketika mendirikan group Sabda Nada tahun 1966 bersama saudara dan rekan-rekannya yang lain. Di group itu, Keenan memainkan drum. Sabda Nada namanya berubah menjadi Gipsy di tahun 1969. Pada tahun 1972, Gipsy berpetualang di Manhattan Amerika Serikat mengisi acara hiburan di restoran Ramayana.
Tahun 1975, para personil Gipsy kembali ke tanah air. Kembalinya mereka, membuka kolaborasi dengan Guruh Soekarnoputra dengan membuahkan sebuah kolaborasi akbar yang menghasilkan maha karya album semata wayang "Guruh Gipsy" yang konsepnya dibuat oleh Keenan dan Guruh.
Di luar Gipsy, Keenan Keenan Nasution mendirikan Badai Band, group yang di bentuk bersama Roni Harahap, Odink Nasution, Fariz dan Chrisye. Band spektakuler ini tidak sempat mengeluarkan album. Jejak Badai band dapat disimak dalam album solo Chrisye, Sabda Alam dan album solo Yockie Soerjoprayogo berjudul Musik Saya Adalah Saya. Banyak orang menduga Keenan Nasution juga membentuk group Gank Pegangsaan, padahal group itu bentukan Debby Nasution. Gank Pegangsaan sendiri telah menghasilkan 3 album yaitu Palestina 1, Palestina 2 dan Kerusuhan. Keenan Nasution hanya terlibat di album pertama saja. Lewat lantunan vokal di lagu Dirimu yang menjadi hot air play di radio-radio dan televisi, nama Gank Pegangsaan mencuat di awal tahun 1990an.

Kolaborasi dengan Benyamin S.
Sebuah kerja sama dadakan Benyamis S (Almarhum), Keenan Nasution, Odink Nasution, Harry Sabar dan Adhie dalam group Al Haaj telah menghasilkan album semata wayang yang cukup spektakuler, Biang Kerok di tahun 1992. Kualitas vokal Benyamin S. lewat iringan Al Haaj tereksplorasi dengan sempurna sehingga berbagai aroma musik yang disusung, baik rock maupun blues di album itu dilantunkan dengan penuh emosi dan berjiwa.
Selain memberikan warna bagi group musik yang telah dimasukinya, Keenan Nasution banyak membantu penggarapan album milik penyanyi dan musisi lain, seperti Chrisye, Guruh Soekarno Putera, Jockie Surjoprajogo, Harry Sabar, Doddy Soekasah, Noor Bersaudara dan sejumlah nama lain. Sedangkan secara solo, Keenan Nasution telah memberikan ciri khas dan warna yang berbeda di kancah musik tanah air melalui album yang telah dihasilkan. Secara umum, album-album solo Keenan Nasution banyak dipengaruhi unsur rock progresif. Corak musik itu didukung dengan penulisan lirik yang artistik dan bermakna. Album solo yang telah dihasilkan oleh Keenan terdiri dari 10 album, diluar single yang terdiri dari 4 buah lagu yaitu Di Batas Angan-Angan, Saat Harapan Tiba, Kemelut dan Awan Putih. Terakhir kali, album yang dihasilkan adalah album Bunga Asmara yang direlease tahun 1990. Sesudah 17 tahun berlalu, rupanya Keenan Nasution diam-diam akan kembali menggebrak ajang musik tanah air karena telah menyelesaikan sebuah album box set yang memotret perjalanan bermusiknya selama lebih dari 25 tahun. Album yang terdiri dari 2 CD, 1 DVD "The Making Of" dan 2 booklet ini telah selesai dikerjakan masternya. Dalam waktu dekat akan diproduksi dalam kisaran hanya 2000-3000 box set. Perihal album box set ini, Keenan Mengatakan:"Album ini diberi judul Apa yang Telah Kau Buat, terdiri dari 9 lagu lama yang diaransemen ulang dan 6 lagu baru. Seluruhnya diaransemen dengan orkestrasi dengan melibatkan musisi Australia. Pengerjaan pun dilakukan disana (Australia, red.). Album ini rencananya akan diedarkan secara indie dengan pemesanan melalui email", ungkap Keenan panjang lebar.
Sound Up sendiri telah melihat contoh kemasan album box set itu. Kemasannya terlihat sangat mewah. Kemewahan kemasan dapat dilihat dari kotak berukuran ± 20 cm x 25 cm yang berfungsi sebagai penyimpan CD, DVD dan booklet. Kotak berbalut kain tebal dengan tulisan Keenan Nasution dibagian atas dan judul box set di bagian bawah. Pada bagian dalam, 2 booklet yang dicetak di atas kertas art paper glossy menceritakan perjalanan musik Kenan Nasution. Posisi keping CD dan DVD berada diatas booklet itu. Untuk setiap pembeli, namanya akan dicantumkan di box set ditambah bonus sisipan lirik asli tulisan tangan lagu Nuansa Bening yang akan dicetak ulang dan ditandatangani Keenan Nasution. Box set Apa yang Telah Kau Buat direncanakan akan direlease bersamaan dengan konser Malam Nuansa Bening tanggal 5 Mei 2007, namun karena proses duplikasi master belum sepenuhnya selesai, maka release menunggu jadwal lebih lanjut.

Sumber : Wikipedia Indonesia

LUPUS dan SI BOY


Masih ingat Lupus dan Si Boy? ya, dua sosok ini di era tahun 80 sampai awal 90 an begitu populer di kalangan anak muda saat itu. Lupus adalah figur remaja yang diangkat dari novel laris karya Hilman Hariwijaya ke layar lebar. Peran Lupus saat itu dibintangi oleh almarhum Ryan Hidayat. Wajahnya yang ganteng tak elak membuat sosok lupus saat itu begitu digandrungi kaum hawa abg saat itu. Gaya rambut lupus yang khas banyak ditiru oleh pelajar-pelajar cowok era itu, juga kebiasaan unik lupus, yaitu makan permen karet dan meniupnya jadi balon yang besar, saat itu begitu ngetrend....tak ayal lagi warung-warung yang menjual permen karet saat itu laris manis. Film Lupus berkisah tentang gaya pelajar sma, yang gambaran kisahnya tak beda dengan anak-anak pelajar sekarang, ceria,penuh senda gurau dan banyak teman. Cuma bedanya saat itu pelajar jarang yang bawa sepeda motor ke sekolah, lebih banyak yang naik bus kota....beda jaman kaleee!!!. Film Lupus sendiri kalau tidak salah diproduksi sebanyak 5 buah sekuel : kejarlah daku kau kujitak,mahluk manis dalam bis, lupus 3 (judulnya lupa), anak mami sudah besar dan iiih seremm!. Semua sekuel film Lupus dibintangi oleh Ryan Hidayat, kecuali untuk film Lupus 3, saat itu yang berperan jadi lupus adalah sang pengarang novelnya sendiri, yaitu bung Hilman Hariwijaya. Para pendukung lupus lainnya diantaranya adalah Agyl syahrial, Septian Dwicahyo, Firda (saat itu firda razak). khusus lupus 3, pemerannya adalah original para karakter pemeran lupus dinovelnya, ada Boim lebon, gusur Adikarya dan lain-lain. Penyanyi Ita Purnamasari juga ambil bagian di film Lupus 3, berperan sebagai Poppy. Untuk film Lupus 4 di sini ada bedanya, karena di film ini banyak dihiasi lagu-lagu Soundtrack yang cukup terkenal. Karena di film lupus 4 ini musiknya digawangi oleh penyanyi senior Fariz Rm. di film ini pula Paramitha Rusadi dan almarhumah Nike Ardilla turut ambil bagian. Lagu-lagu penghias filam lupus 4 di antaranya : Sepanjang Jaman dinyanyikan oleh Nike Ardilla, dan Cara Mereka oleh Fariz Rm.


Si Boy sendiri, tak ada bedanya. dia merupakan sosok idola saat itu, ganteng, kaya ,baik hati dan tidak sombong, jagoan lagi pula pintar! bedanya kalau boy adalah sosok mahasiswa. Boy adalah sebuah film yang disutradarai oleh Nasri Cheppy diperankan oleh : Onky Alexander, Meriam Bellina, Didi petet, Dede Yusuf, Btari Karlinda dan masih banyak lainnya. sama halnya dengan lupus, film si boy juga di buat sekuel sebayak 5 buah (kalo nggak salah). Dan di film Catatan si Boy banyak para penyanyi yang ambil bagian untuk mengisi sountrack sebagai penghias, sebut saja ada Ikang Fawzi, Atiek Cb, Yana dan Lita dan lain-lain. Pokoknya kedua film ini pada saat itu benar-benar box office. Dan saat itu terjadi demam Lupus dan Boy! bagi anda yang ingin bernostalgia buat dengar lagu-lagunya sountrack kedua film ini, mudah-mudahan di blog ini anda dapat menemukannya, karena kenangan tidak akan bisa kembali, tapi kenangan itu bisa di flash back,walaupun hanya dengan lagu, sekali pun lagu itu lagu-lagu lawas.

IKANG FAWZI


Ahmad Zulfikar Fawzi populer dengan nama Ikang Fawzi (lahir di Jakarta, 23 Oktober 1959; umur 49 tahun) adalah musisi dan penyanyi rock, juga pemain film yang populer tahun 1980-an. Saat ini Ikang lebih sibuk sebagai pengusaha properti dibanding di dunia seni yang membesarkan namanya. Ikang menikah dengan aktris dan politikus Marissa Haque.



Masa kecil
Ikang menghabiskan masa kecilnya (TK dan SD) di Belgia dan Jepang, mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai diplomat. Darah seni mengalir dari ayahnya. Ayah Ikang dulu pemain Hawaiian, pencipta lagu dan penyanyi. Karena dorongan dari ayahnya, Ikang, yang berusia 10 tahun, dimasukkan ke Yamaha Musik di Jepang untuk kursus privat electone dan drum. Tak hanya musik, Ikang juga belajar beladiri. Saat di Jepang Ikang belajar karate. Setelah kembali ke Indonesia, dia menekuni pencak silat.


Karir menyanyi
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMU, Ikang kian mengembangkan bakat bermusiknya bersama temannya Addie M. S.. Beberapa album yang telah dikeluarkan oleh Ikang antara lain, "Selamat Malam", "Randy & Cindy", "Preman", "The Very Best of Ikang Fawzi" dan album teranyarnya "Dua Sisi". Album "Selamat Malam" berisi 10 lagu, 8 di antaranya di aransemen oleh Addie M. S., yang berperan juga sebagai music directornya. Sedangkan album terbarunya, "Dua Sisi", dirilis April 2005 setelah hampir 20 tahun tidak mengeluarkan karyanya.
Ikang pernah mendapat gelar "The Best Rocker" pada tahun 1987.

[sunting] Karir film
Awal perkenalan Ikang dengan dunia seni peran adalah saat mengisi malam puncak FFI 1981. Saat itu Ikang tampil sebagai penyanyi, kemudian ia diajak main film "Pengantin Remaja II" (1982). Keberuntungan didapat oleh Ikang, dirinya dipasangkan dengan artis cantik Marissa Haque dalam film "Tinggal Landas Buat Kekasih" (1984) dan "Yang Kukuh Runtuh" (1985). Mereka bermain bersama setelah menikah dalam film Biarkan Bulan Itu (1987).
Ikang juga pernah bermain bersama Rhoma Irama. Dalam film tersebut Ikang juga berpartisipasi mengisi soundtrack film tersebut dengan lagunya yang melegenda, "Preman".

[sunting] Kehidupan pribadi
Ikang Fawzi menikah dengan aktris Marissa Haque pada tanggal 12 April 1987. Setelah meraih gelar sarjana pada tahun 1987, Ikang terjun ke bisnis real estate. Pernikahannya dengan Marissa membuahkan dua orang anak, yaitu Muliawati Fawzi dan Marsha Chikita Fawzi. Putri pertama mereka yang akrab dipanggil Bella telah mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai artis. Pada tanggal 20 Juni 2007, Bella menjadi pemenang 'Abang None Jakarta' perwakilan dari Jakarta Barat.

sumber : wikipedia indonesia

ATIEK CB


Atiek Prasetyawati (lahir di Kediri, Jawa Timur, 25 Mei 1963; umur 45 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Atiek CB adalah penyanyi Indonesia yang populer di era 80-an. Penyanyi yang indentik dengan kacamata ini populer lewat lagu-lagunya antara lain: Suka-Suka, Optimis, Terserah Boy, Kekang, Risau, Benci Sendiri dan Terapung . Selain itu Atiek CB juga pernah bergabung dalam grup vokal Rumpies yang mempopulerkan lagu Nurlela. Di tahun 90-an Atiek CB pernah membuat heboh publik karena pada sampul albumnya terdapat gambar Palu dan Arit yang tak lain tak bukan adalah lambang komunis. Atiek CB adalah mantan istri dari penyanyi Ronny Sianturi, salah satu personil dari grup musik Trio Libels. Kini Atiek CB tinggal di Amerika bersama suami keduanya serta anak-anaknya.

FARIZ RM


Fariz Rustam Munaf yang lebih dikenal dengan nama Fariz RM (lahir 5 Januari 1961; umur 48 tahun) adalah seorang penyanyi dan musikus Indonesia. Sebagai penyanyi dan musikus, putra dari pasangan Roestam Moenaf, penyanyi RRI Jakarta, dan Anna Reijnenberg ini dikenal masyarakat dengan tembang Barcelona dan Sakura yang menjadi hits di masyarakat.

Karier

Sejak kecil Fariz telah diperkenalkan kepada musik. Maklum, ibunya, Hj. Anna Reijnenberg adalah guru les piano. Selain itu, Fariz juga belajar piano pada Sunarto Sunaryo dan juga Prof. Charlotte Sutrisno JP. Pengalaman bermusiknya dimulai pada usia 12 tahun, saat berteman dengan Debby dan Odink Nasution, membentuk Young Gipsy yang membawakan musik blues dan rock. Dengan pengalamannya itu, Fariz bekerja sama dengan Addie M.S., Adjie Soetama, dan Iman RN untuk membuat operet pada acara perpisahan dan vokal group sekolahnya.

Jalan ke dunia musik profesional mulai terbuka di tahun 1977. Saat itu, Fariz RM bersama Adjie Soetama,Raidy Noor, Adie MS, dan Ikang Fawzi yang merupakan teman sekolah sewaktu masih duduk di bangku SMA 3 Jakarta, mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan radio Prambors Jakarta. Meski hanya meraih juara III, namun tawaran dari berbagai grup band mulai berdatangan.

Faris melanjutkan kuliah di ITB jurusan Seni Rupa pada tahun 1978. Fariz pun mencoba untuk mengembangkan dan menimba ilmu serta menambah pengalaman dengan bergabung di dua grup band beraliran rock, Giant Step dan The Rollies. Fariz menjadi musisi pengganti untuk posisi keyboard Giant Step untuk penampilan panggung, dan menggantikan posisi pada drum untuk karya-karya pentas The Rollies. Fariz juga pernah membantu mengiringi kelompok musik dari Bandung pimpinan Harry Roesly, Harry Roesli Kharisma di tahun 1979.

Akhirnya tahun 1980, Fariz membuat album keduanya yang bertajuk Sakura. Di album ini, dengan sistem rekam overdubbed, Fariz memainkan berbagai instrumen, seperti drum, kibor, gitar, bas, perkusi, sendirian. Bisa jadi Fariz terinsiprasi Stevie Wonder atau Mike Oldfield, pemusik yang bermain tunggal dalam sejumlah album rekamannya. Warna musiknya pun fresh dan groovy. Album ini sukses besar. Fariz kemudian merilis album perdananya yang belum sempat dirilis.

Di saat tren musik di negeri ini masih terbuai dalam balada yang mendayu-dayu, Fariz malah menawarkan konsep musik yang danceable ala Earth Wind & Fire dengan penonjolan pada aransemen brass section sebagai aksentuasi dan teknik bernyanyi falsetto. Setahun kemudian, Fariz R.M. membentuk grup Transs, yang personelnya antara lain Erwin Gutawa, pemusik yang sekarang banyak dikaitkan dengan aransemen berbau orkestral. Dengan Transs, Fariz menawarkan konsep musik fusion, yang akhirnya membuat sejumlah grup musik terinspirasi untuk menggarap musik fusion, yang memadukan jazz dan rock. Transs adalah grup yang maunya beridealisme tinggi. Ini terlihat dari kalimat yang tertera pada sampul album Transs, Hotel San Vicente (1981): "pembaharuan musik Indonesia dalam warna, personalitas, dan gaya". Boleh jadi kalimat itu berkonotasi gagah-gagahan belaka. Namun patut diakui, sejak pemunculan Transs, mulailah muncul grup-grup fusion seperti Krakatau, Karimata, Emerald, dan lain-lain

Pada tahun 1983, Fariz bergabung dengan Iwan Madjid dan Darwin B Rachman membentuk kelompok musik Wow. Mereka bertiga, Iwan (vocal, piano, keyboard), Darwin (bas), dan Fariz (drum) kemudian merilis album bertajuk Produk Hijau. Wow tetap menghadirkan nuansa rock progresif lewat lagu-lagu seperti "Pekik Merdeka", "Armageddon", hingga "Purie". Dhewayani. Setelah debut album dirilis, Fariz RM mengundurkan diri dari formasi Wow. Saat itu, selain bergabung dengan Wow, Fariz juga aktif di kelompok Symphony hingga Jakarta Rhythm Section, serta beberapa proyek album solonya.


Setelah itu, Fariz pun terus menelurkan karya-karyanya, baik di Indonesia maupun di Internasional. Selama 25 tahun kariernya sejak tahun 1978 hingga 2003, Fariz telah menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi dimana dia berperan sebagai produser dan 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik.[3] Di antara lagu-lagu ciptaannya yang terkenal hingga sekarang adalah lagu "Barcelona", "Nada Kasih" (duet dengan Neno Warisman), "Susie Bhelel", "Menggapai Bintang" (Symphony), "Selamat Untukmu" (Jakarta Rhythm Section), dan "Renungan" (Dibayang Dewasa) yang menampilkan duet Fariz RM dengan Marissa Haque.

Fariz pernah 'menghilang' sekitar 10 tahun dari panggung musik Indonesia. Untuk membuktikan eksistensinya, Fariz menggelar konser terbesarnya, yaitu Pagelaran Zaman Emas Fariz RM, 21 Agustus 2003 di Plenari Hall, JCC Jakarta. Konser tersebut menghadirkan pula keponakannya Sherina Munaf, Reza Artamevia, Titi DJ, Katon Bagaskara, Warna, /rif, dan Syaharani. Tak hanya itu, Dwiki Dharmawan ditunjuk untuk menggarap komposisi lagu dalam konser tersebut. Meski Fariz tetap memperlihatkan kepiawaiannya, konser tersebut dinilai gagal karena jumlah penonton yang terbialng cukup sedikit (’hanya’ 2000 orang dari kapasitas 5000), juga buruknya sound system yang sangat mengganggu penonton. Selain itu, Fariz dinilai 'terburu-buru', karena setelah menghilang sekian tahun, tiba-tiba muncul dengan konser akbarnya.

Usai menjalanni masa hukuman, Fariz menggelar konser tunggal yang bertitle Anthology Live Concert, di Rolling Stone Live Stone, Jln. Ampera Raya No.16, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, 25 Juli 2008. Pada konser tunggalnya tersebut Fariz berkolaborasi dengan artis-artis muda antara lain adalah Sherina Munaf, Koil, dan White Shoes & The Couples Company.

sumber: wikipedia indonesia